Postingan

Hi Desember , Selamat datang 25!

 Desember,bulan yang selalu aku nantikan ketika itu. Sebuah bulan yang menurutku spesial karena akan banyak ucapan dan kado serta surprise dari orang-orang terdekat. Namun, desember 2020 ini bukanlah bulan yang aku inginkan. Rasanya semua pencapaianku belum saja terlaksana di usia yang seharusnya sudah dikatakan matang ini. Tahun ini, adalah sebuah doa yang aku panjatkan dari lama-lama. Yap, 25 tahunku ternyata belum membuahkan apa-apa. Aku sudah tidak akan berharap kembali untuk umur-umurku berikutnya. Cukup lihat saja apa yang akan terjadi sesuai garis takdir-Nya. Terimakasih untuk aku yang sudah berjuang bertahan dengan kondisi dan segala hal yang terjadi pada selama ini. Terimakasih karena aku telah kuat dan mencoba selalu kuat untuk apa-apa yang telah aku rasakan hingga 25 ini. Tak ada semoga lagi di tahun berikutnya. Terus saja untuk kuat dan bahagia ! Karena hanya itu yang aku butuhkan. 

Pinky Outfit

Gambar
Siapa bilang kalo cewe (berhijab) make rok itu terkesan ribet dan terlalu feminim? kali ini aku mencoba memadupadankan rok batik yang aku beli dari pasar Bringharjo Yogyakarta. Rasa-rasanya rok ini sudah terlalu lama menganggur di lemariku. Baiklah, saat nya mix and match! Hari ini aku ingin terlihat girly tapi juga enggak begitu girly banget sih. Maka, jaket jeans belel bisa jadi pilihanku untuk sekarang. Karena motif batik di rok ku yang memiliki warna putih, maka aku memutuskan untuk menggunakan manset putih sebagai kaosnya. Tentu saja kerudung yang aku kenakan adalah kerudung berbahan paris dengan warna pink. Sendal nya pun jangan sampai ketinggalan yah... harus matching dengan outfit yang aku kenakan pada hari ini. Yup... sendal berwarna putih agar terkesan lebih hidup. Untuk tasnya aku sesuaikan dengan yang aku miliki, Engga ada salahnya kok menggunakan sesuatu yang berbeda sendiri, seprti tas coklat ini misalnya. Agar tak terkesan melulu warna pink dan putih dan pas

Sebuah Pembelajaran

Hai, namaku Elga Florentina. Umurku 23 tahun. Banyak yang bilang aku adalah wanita dengan karakter ceria, happy, ramah, dan mudah bergaul. Namun, jika dilihat kebelakang, apalagi jaman SD hingga SMP kelas XIII, aku adalah si elga yang pemurung, pendiam, dan sangat pemalu. Sikap percaya diriku mulai muncul ketika aku selalu diikut sertakan lomba story telling di SMP. Bertemu dengan teman-teman baru dari lain sekolah dan mendapatkan teman yang asyik akhirnya mengubah karakterku. Ternyata menjadi seru, gokil, dan ceria menjadikan aku mudah sekali mendapatkan teman. Ada banyak hal yang harus kita pahami. Kepribadian seseorang terbentuk dari lingkungan dimana ia tinggal. Tidak bisa disalahkan juga ketika kita melihat orang dengan karakter yang kemungkinan kurang sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Kita dapat dengan mudah menjudge penampilan dan kepribadian seseorang. Namun tidak terima jika penampilan atau kepribadian kita di usik oleh orang lain. Sebelum menjudge seseorang, ada baik

Labilkah? Ntah...

Senin 14 Januari 2019. Dulu sempat bertanya dengan teman sekosan yang usianya lebih tua 2 tahun diatasku, “Mba Windi, rasanya jadi kepala 2 tuh gemana sih?” . “ya gak gemana gemana, biasa aja”. Saat itu usiaku hampir memasuki 20 tahun, Aku sendiri terheran dengan otak dan isinya, kenapa hal sesepele itu aja harus dipikirin sampai bener-bener pusing, (iya ya, gemana ya rasanya terlepas dari usia teenager). Iya, aku akui, aku itu tipe orang yang selalu memikirkan sesuatu dengan seserius itu. Bahkan bukan hanya mba windi yang dibuat pusing oleh pertanyaan ku, merasa tidak puas dengan jawaban mba windi, aku pun bertanya kepada Mba Eka(penghuni kamar kos yang paling pojok) jawabannya pun sama seperti mba windi. Entah kenapa, aku merasa ketika kita terlepas dari usia teenager, beban kita pasti akan bertambah, dan aku takut untuk merasakannya. Terlalu kecing memang, tapi itulah yang aku rasakan. Namun, ketika aku telah memasuki usia 20, nyatanya biasa saja (sama seperti yang diucapkan mba w

Jangan Copot Kerudung Ku Bu… Part II

Setelah sebelumnya gw cerita tentang masa kecil, disini akan gw lanjutkan masa-masa pembulian gw di SD. Well, kenapa gw bikin tulisan ini,karena sebelumnya di insta story gw banyak banget pertanyaan tentang jaman kecil yang mana gw adalah korban bullying. Mungkin banyak yang gak nyangka kalo masa kecil gw bisa dikatakan suram. Gimana engga, jaman dulu itu gw sekolah pada awal tahun 2000an. Gw baru 1 tahun di kota Purwokerto. Bahasa jawir gw blom fasih, dan gak mau mempelajari bahasa jawa, karena menurut gw itu susah. Keseharian gw dilingkungan keluarga selalu menggunakan bahasa Indonesia, that’s why gw lebih lancar menggunkaan bahasa Ibu. Masuk ke Sekolah dasar Negeri di tahun tersebut sangatlah susah (bagi cewe berkerudung). Gatau gemana kebijakan jaman dulu anak-anak yang sekolah di SD Negeri rata-rata ya enggak ada yang berkerudung. Jadi kalo semisal mau menggunakan kerudung yaudah pilihannya adalah Sekolah berbasis Islami, seperti misalnya Al-Irsyad. Namun, finansial orang tua

Senangnya bergabung dengan Komunitas Ketimbang Ngemis Purwokerto

Gambar
12 November 2018 Hari senin merupakan sebuah awal yang baik untuk memulai sesuatu yang bermanfaat. Kalo dulu jaman sekolah bisa dibilang hari senin merupakan momok bagi aku. Selalu uring-uringan buat memasang tali sepatu dan menginjakkan kaki disekolah dan bertemu peraturan-peraturan yang membosankan. Tapi itu dulu, beberapa tahun silam sebelum aku merasakan pahit getirnya dunia perkuliahan. Setelah perkuliahan berakhir, aku merasakan semua hari adalah hari yang sama. Dari hari senin hingga bertemu lagi dengan hari senin. Bahkan terkadang aku sampai lupa hari dan tanggal. Lulus kuliah merupakan sebuah impian bagi semua mahasiswa akhir, tak terkecuali aku. Tuntutan lulus diperiode pertama dapat dikatakan sebuah tantangan sendiri bagiku. Apalagi melihat kondisi keuangan orang tua ku yang saat itu akan pensiun. Alhamdulillah berkat kemurahan hati yang Allah beri, akhirnya aku lulus tepat waktu dan memiliki gelar S.I.Kom. Sarjana Ilmu Komunikasi, ya… sebuah embel-embel di belakang nam

Jangan Copot Kerudungku Bu… PART 1

Gambar
Disini gue akan berbagi pengalaman mengenai hijab gue yang menjadi sebuah identitas diri. Bisa dibilang gue ini terlahir dari keluarga yang lumayan mengenal agama. Dulu semasa kecil, gue hidup di Bogor di sebuah perumahan sederhana yang dinamakan “Perumahan Bojong Gede”. Gue tumbuh dan berkembang disana. Jaman kecil, Mamah dan Bapak sering banget ngajak gue ke pengajian yang berisi ceramah-ceramah mengenai dunia dan akhirat. Gue sempet bingung kenapa mamah menggunakan jilbab. Tapi jawaban mamah menurut gue belum bisa gue terima secara nalar gue yang saat itu belum genap 3 tahun. Gue masih ingat banget masa-masa kecil disana. Gue inget kata-kata si penceramah yang bilang kalo “Sebagai wanita, diwajibkan baginya untuk menutup aurat, jika tidak berdosalah ia”. Gue yang saat itu mendengarkan ceramah langsung bilang ke mamah “Mah, kalo misal aku ga make jilbab aku dosa dong?, ntar Ega masuk neraka?”. “Kamu mau make kerudung? Ntar biar masuk surga sama mamah”. Gue saat itu langsung meng